KRISTEN MENGHINA MUHAMMAD SAW RASULULLAH, DG GEJALA PENYAKIT TERTENTU
HAMPIR
SEMUA RASUL UTUSAN TUHAN DIJADIKAN BAHAN OLOK-OLOKAN OLEH ORANG-ORANG
YANG KAFIR, TIDAK HANYA MUHAMMAD SAW, JUGA RASUL-RASUL YANG LAINNYA
QS 6:10
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ [٦:١٠]
Dan
sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka
turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan
(azab) olok-olokan mereka.
﴿١٠﴾
FITNAH SEKITAR AYAN/ EPILEPSI
Baiklah
kita kembali sekarang pada titik persoalan terakhir dalam sanggahan si
Muslim Mesir itu. Dia menyebutkan, bahwa hasil penyelidikan kaum
Orientalis itu menunjukkan, bahwa Nabi menderita penyakit ayan.
Gejala-gejala demikian itu tampak padanya ketika ia tidak sadarkan diri,
keringatnya mengucur dengan disertai kekejangan-kekejangan dan busa
yang keluar dari mulutnya. Apabila ia sudah sadar kembali, ia lalu
membacakan apa yang dikatakannya wahyu Tuhan kepadanya itu - kepada
orang-orang yang mempercayainya. Padahal yang dikatakan wahyu itu tidak
lain ialah akibat serangan-serangan ayan tersebut.
KEMBALI KEPADA ILMU PENGETAHUAN
Menggambarkan
apa yang terjadi pada Muhammad pada waktu datangnya wahyu dengan cara
yang demikian itu, dari segi ilmiah adalah samasekali salah. Serangan
penyakit ayan tidak akan meninggalkan sesuatu bekas yang dapat diingat
oleh si penderita selama masa terjadinya itu. Bahkan sesudah ia sadar
kembali pun samasekali dia lupa apa yang telah terjadi selama itu. Dia
tidak ingat apa-apa lagi, apa yang terjadi dan apa yang dilakukannya
selama itu. Sebabnya ialah, segala pekerjaan saraf dan pikirannya sudah
menjadi lumpuh total. Inilah gejala-gejala ayan yang dibuktikan oleh
ilmu pengetahuan. Jadi bukan yang dialami Nabi Muhammad selama menerima
wahyu. Bahkan selama itu inteleknya sedang dalam puncak kesadarannya.
Dengan sangat teliti sekali ia ingat semua yang diterimanya dan sesudah
itu dibacakannya kembali kepada sahabat-sahabatnya. Dengan kesadaran
rohani yang besar itu, samasekali ia tidak dibarengi oleh ketidaksadaran
jasmani. Bahkan sebaliknya yang terjadi, pada waktu itu Nabi sedang
dalam puncak kesadarannya yang biasa. Cukuplah kalau kita tunjukkan saja
pada apa yang kita sebutkan dalam buku ini tentang turunnya Sarah
al-Fath (48) yaitu ketika kaum Muslimin kembali dari Mekah ke Medinah
sesudah Perjanjian Hudaibiya.
Jadi ilmu
pengetahuan dalam hal ini membantah bahwa Muhammad dihinggapi penyakit
ayan. Yang mengatakan demikian dari kalangan Orientalispun hanya
sebagian kecil saja. Mereka itulah yang mengatakan bahwa Qur’an sudah
diubah. Mereka mengatakan begitu bukan karena ingin mencari kebenaran,
melainkan menurut dugaan mereka dengan demikian mereka mau merendahkan
martabat Nabi di mata segolongan kaum Muslimin. Ataukah dengan kata-kata
itu mereka mengira, bahwa mereka telah menyebarkan keragu-raguan atas
wahyu yang diturunkan kepada Muhammad, sebab turunnya itu -menurut
dugaan mereka-waktu ia sedang mendapat serangan ayan? Kalau memang
begitu, ini adalah suatu kesalahan besar pada mereka, seperti sudah kita
sebutkan. Pendapat mereka inilah yang secara ilmiah telah samasekali
tertolak. Kalau yang dipakai pedoman olelm kaum Orientalis demikian itu
adalah tujuan yang murni, tentu mereka tidak akan membawa-bawa ilmu yang
bertentangan dengan itu. Mereka melakukan itu mau mengelabui
orang-orang yang belum penguasai pengetahuan tentang gejala-gejala ayan,
dan mereka yang cara berpikirnya masih sederhana yang sudah merasa puas
dengan apa yang telah dikatakan oleh kaum Orientalis itu, tanpa mau
bertanya-tanya kepada para ahli dari kalangan kedokteran atau mau
membaca buku-buku tentang itu. Kalau saja mereka mau melakukan itu,
sebenarnya tidak sulit buat mereka untuk menemukan kesalahan kaum
Orientalis itu - disengaja atau tidak disengaja. Mereka akan melihat
bahwa kegiatan rohani dan intelek manusia akan sama sekali tertutup
selama terjadi krisis ayan. Sipenderita dibiarkan dalam keadaan mekanik
semata, bergerak-gerak seperti sebelum mendapat serangan, atau
meronta-ronta kalau serangannya itu sudah bertambah keras sehingga dapat
mengganggu orang lain. Dalam pada itu, diapun kehilangan kesadarannya.
Ia tidak sadar apa yang diperbuatnya dan apa yang terjadi terhadap
dirinya. Ia seperti orang yang sedang tidur, tidak merasakan
gerak-geriknya sendiri. Bila itu sudah berlalu, iapun tidak ingat
apa-apa lagi.
KADANG ILMU YANG TIDAK CUKUP
Ini
tentu berbeda dengan suatu kegiatan rohani yang begitu kuat membawanya
jauh ke alam ilahiah, dengan penuh kesadaran dan suasana intelek yang
meyakinkan. Apa yang diwahyukan kepadanya itu, kemudian dapat
diteruskan. Sebaliknya ayan, melumpuhkan seluruh kesadaran manusia. Ia
membawa orang berada dalam tingkat mekanik, yang selama itu perasaan dan
kesadarannya menjadi hilang. Tidak demikian halnya dengan wahyu, yang
merupakan puncak ketinggian rohani, yang khusus diberikan Tuhan kepada
para nabi. Kepada mereka kenyataan-kenyataan alam positif yang tertinggi
itu diberikan, supaya kemudian disampaikan kepada umat manusia. Kadang
ilmu pengetahuan sampai juga memahami beberapa kenyataan-kenyataan itu,
mengetahui ketentuan-ketentuan dan rahasianya - sesudah lampau beberapa
generasi dan beberapa abad. Kadang juga ilmu pengetahuan belum dapat
menjangkaunya. Sungguhpun begitu itu adalah kenyataan positif, yang
dapat dimasuki hanya oleh hati nurani orang-orang beriman, yang percaya
kepada kebenarannya. Dalam pada itu ada juga hati yang tetap tertutup
rapat dan tidak mengetahui atau karena memang tidak mau
mengindahkannya. Kita dapat mengerti bila Orientalis-orientalis itu
berkata, bahwa wahyu ialah suatu gejala psikologi tersendiri dalam
penilaian ilmu pengetahuan yang sampai ke tangan kita hingga saat
sekarang. Jadi, adalah hal yang tidak mungkin dapat ditafsirkan dengan
cara ilmu. Tetapi bagaimanapun juga pendapat ini menunjukkan, bahwa
pengetahuan kita - dengan ruang lingkupnya yang luas - masih merasa
terbatas akan menafsirkan bagian terbesar dari gejala-gejala spiritual
dan psikologis itu. Buat ilmu pengetahuan ini bukan suatu cacat, juga
bukan hal yang aneh. Ilmu pengetahuan kita masih terbatas dalam
menafsirkan beberapa gejala alam yang dekat pada kita. Kodrat matahari,
bulan, bintang-bintang, tata-surya dan lainnya dalam ilmu pengetahuan,
masih merupakan hipotesa-hipotesa penemuan. Semua benda cakrawala ini
sebagian ada yang dapat kita lihat dengan mata telanjang, dan tidak
sedikit pula yang masih tersembunyi, yang baru akan dapat kita lihat
bila menggunakan alat peneropong. Sampai abad yang lalu banyak sekali
penemuan-penemuan yang masih dianggap sebagai suatu ciptaan khayal
belaka, tak ada jalan akan dapat dijelmakan depan mata kita. Tetapi
ternyata sekarang sudah menjadi kenyataan. Malah kita menganggap sebagai
hal yang mudah saja. Adanya gejala-gejala spiritual dan psikologis
sekarang menjadi sasaran pengamatan para sarjana. Tetapi ini belum lagi
dapat dikuasai oleh ilmu, dan hukumnya yang positifpun juga belum
ditemukan.
Sering kita membaca tentang
beberapa masalah yang sudah diketahui oleh para sarjana dan sudah
diterima. Tetapi kemudian ternyata bahwa dalam hukum alam yang berlaku
menurut kaidah-kaidah ilmu pengetahuan belum lagi memberikan arti yang
meyakinkan. Psikologi misalnya, dalam menghadapi beberapa masalah,
secara umum masih belum mempunyai hukum yang pasti. Kalau ini terjadi
dalam kehidupan biasa, maka langkah cepat-cepat mau menafsirkan
gejala-gejala seluruh hidup dengan cara ilmiah adalah suatu usaha yang
memang sia-sia saja, suatu penghamburan yang patut dicela.
MENYERANG MUHAMMAD KARENA GAGAL MENYERANG AJARANNYA
Datangnya
wahyu yang pernah disaksikan oleh beberapa kaum Muslimin selama masa
hidup Muhammad - demikian juga Qur’an - setiap dibacakan kepada mereka,
ternyata menambah keteguhan iman mereka. Di antara mereka itu terdapat
juga orang Yahudi dan Nasrani. Sesudah lama terjadi debat dan diskusi
dengan Nabi, kemudian merekapun mempercayai. Sekitar risalah dan masalah
waktu itu tak ada yang mereka tolak. Memang ada segolongan orang-orang
Quraisy yang berusaha menuduh hal itu sebagai perbuatan sihir dan gila.
Tetapi kemudian merekapun mengakui, bahwa dia bukan tukang sihir dan
bukan pula orang gila. Merekapun lalu jadi pengikutnya dan beriman atas
ajakan itu. Inilah yang sudah pasti dan meyakinkan. Jadi sekarang yang
tak dapat diterima oleh ilmu, dan bertentangan dengan kaidah-kaidah yang
ilmiah ialah sikap mengingkari terjadinya wahyu itu dan merendahkan
orang yang menerimanya disertai kecaman dengan pelbagai rupa. Inilah
yang justru bertentangan dengan ilmu. Seorang sarjana yang
sungguh-sungguh bertujuan mencari kebenaran, tidak dapat berkata lain
daripada suatu penegasan bahwa apa yang telah dicapai oleh ilmu
pengetahuan sampai sekarang, masih terbatas sekali, belum dapat
menguraikan wahyu itu dengan cara ilmiah. Akan tetapi, begaimanapun
juga, ilmu tak dapat menolak terjadinya gejala-gejala wahyu, seperti
yang dilukiskan oleh sahabat-sahabat Nabi dan penulis-penulis lain pada
permulaan sejarah Islam itu. Kalaupun ada yang mengingkarinya, ia
berusaha mencari dalih dengan menggunakan ilmu sebagai senjata yang
sia-sia dengan sikap keras kepala. Sikap keras kepala dengan ilmu
sebenarnya takkan pernah bertemu.
Kalau
sikap yang menyedihkan ini harus menjurus kepada sesuatu maka sesuatu
itu ialah nafsu mereka yang keras hendak menanamkan syak ke dalam hati
orang tentang Islam. Agama ini sendiri tidak dapat mereka serang. Mereka
telah menyaksikan, betapa kuat dan luhurnya agama ini, dengan sifatnya
yang sederhana dan serba mudah yang justru menjadi dasar kekuatannya.
Oleh
karena itu, mereka lalu menggunakan cara orang yang lemah. Mereka tak
mampu menyerang jejak yang sungguh besar itu, mereka lalu menyerang
orang yang meninggalkan jejak itu. Ini adalah kelemahan yang tidak
seharusnya menjadi pegangan seorang sarjana. Dalam pada itu ia juga
bertentangan dengan hukum kodrat insani. Kodrat manusia ialah
memperhatikan jejak itu sendiri saja, menikmati buahnya tanpa ia harus
bersusah payah mencari-cari asal-usulnya atau mencari-cari apa yang
menyebabkan hal itu terjadi atau tumbuh. Dengan demikian mereka tidak
perlu menyusahkan diri mencari-cari asalnya pohon yang telah
menghasilkan buah-buahan yang disukainya itu, atau tentang pupuk yang
menyebabkan pohon tersebut jadi subur, selama tidak terpikirkan olehnya
akan menanam pohon lain yang lebih enak buahnya. Ketika orang mengadakan
pembahasan tentang filsafat Plato atau tentang drama Shakespeare atau
karya-karya Raphael misalnya, orang tidak perlu mencari bahan kecamannya
pada kehidupan orang-orang besar itu - yang menjadi lambang kemegahan
dan kebanggaan umat manusia - kalau dalam karya-karyanya itu tak ada
yang dapat dijadikan sasaran kecamannya. Kalau mereka mencari bahan
kecaman yang tidak punya dasar kebenaran, mereka takkan dapat mencapai
tujuan. Kalau niat jahat atau rasa dengki itu juga yang mereka
perlihatkan, argumentasi mereka akan jatuh dan orangpun takkan mau
mendengarkan. Hal ini takkan berubah hanya dengan menuangkan rasa dengki
itu ke dalam pola ilmu. Sifat dengki itu tidak pernah mengenal
kebenaran. Menyedihkan sekali tentunya bila perasaan dengki itu juga
yang menjadi sumber kebenaran. Inilah dasar kecaman
Orientalis-orientalis itu terhadap Nabi, Rasul penutup itu. Tetapi
dengan demikian kecaman mereka itupun jadi gugur samasekali.
Sekarang
saya sudahi sanggahan saya ini terhadap pendapat Orientalis-orientalis
yang oleh si Muslim orang Mesir itu dijadikan pegangan dalam penulisan
artikelnya. Sudah saya kemukakan dalil-dalil kelemahan pendapat mereka
itu.
SEBAGAI PERBANDINGAN DEMIKIAN PULA YESUS, DIJADIKAN BAHAN OLOK-OLKAN OLEH UMAT DAN BANGSANYA SENDIRI ..
Mr
14:65 Lalu beberapa orang mulai meludahi Yesus, dan mereka menutup
mata-Nya dan memukul Dia, lalu berkata, “Coba tebak, siapa yang
memukul-Mu?” Pengawal-pengawal juga turut menampar Yesus.
Mr
15:17* Lalu mereka mengenakan jubah ungu pada Yesus, dan membuat
mahkota dari ranting-ranting berduri, kemudian memasangnya pada kepala
Yesus.
Mr 15:18 Setelah itu mereka memberi salam kepada-Nya. “Daulat Raja orang Yahudi!” kata mereka.
Mr 15:19 Mereka memukul kepala Yesus dengan tongkat, lalu mereka meludahi Dia dan bersembah sujud di hadapan-Nya.
Mr
15:20 Sesudah mempermainkan Yesus, mereka membuka jubah ungu itu lalu
mengenakan kembali pakaian-Nya sendiri. Kemudian Ia dibawa ke luar untuk
disalibkan.
Mr
15:29 Orang-orang yang lewat di situ menggeleng-gelengkan kepala dan
menghina Yesus. Mereka berkata, “Hai, Kau yang mau merobohkan Rumah
Allah dan membangunnya dalam tiga hari.
Mr 15:30 Coba turun dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!”
Mr
15:31 Begitu juga imam-imam kepala dan guru-guru agama mengejek Yesus.
Mereka berkata satu sama lain, “Ia menyelamatkan orang lain, tetapi
diri-Nya sendiri Ia tidak dapat selamatkan!
TETAPI
YESUS, BAHKAN LEBIH TRAGIS LAGI, KITAB SUCI YANG DIANGGAP FIRMAN NYA
SENDIRI, BAHKAN MENGNHINAKAN DIRINYA SENDIRI. YESUS BAHKAN DIGAMBARKAN
MENYERUPAI PELAWAK YANG BERUSAHA MEMBUAT PENONTON DENGAN CARA
MENGHINAKAN DAN MEMPERMALUKAN DIRINYA SENDIRI
ALKITAB, YANG BAHKAN DIANGGAP SEBAGAI FIRMAN "YESUS" SENDIRI, BAHKAN MENCERITAKAN PERZINAHAN NENEK MOYANG KEDAGINGANNYA.
NENEK
MOYANG YESUS, YEHUDA BERZINA DENGAN TAMAR, MENANTUNYA SENDIRI, BERANAK
KEMBAR PERES DENGAN ZERAH, DAN MASUK DI DALAM SILSILAH YESUS KRISTUS.
Matius 1
Silsilah Yesus Kristus
(1) Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
(2) Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
(3) Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar......
Kejadian 38
Yehuda dengan Tamar
(16)
Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuan yang di pinggir jalan
itu serta berkata: "Marilah, aku mau menghampiri engkau," sebab ia tidak
tahu, bahwa perempuan itu menantunya. Tanya perempuan itu: "Apakah yang
akan kauberikan kepadaku, jika engkau menghampiri aku?"
(17)
Jawabnya: "Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari
kambing dombaku." Kata perempuan itu: "Asal engkau memberikan
tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku."
SUNGGUH
MALANG MEMANG NASIB RASUL-RASUL UTUSAN TUHAN TERSEBUT.....ALLAH, TUHAN
YANG SESUNGGUHNYA LALU MEMBELA NAMA BAIKNYA DI DALAM ALQURAN, KITAB SUCI
TERAKHIR YANG DITURUNKAN SEBAGAI PETUNJUK BAGI SELURUH UMAT MANUSIA.
Catatan :
Karena
pertimbangan tertentu maka ucapan Shalawat kepada Yesus tidak saya
cantumkan, karena memang yang dijadikan bulan-bulanan oleh Umat dan
bangsanya tersebut bukanlah sungguh-sungguh Rasulullah Isa as, karena
beliau sudah diselamatkan oleh Allah.
Walaupun sesungguhnyalah yang dimaksudkan oleh Ahli kitab terhadap Yesus sesungguhnya adalah Isa as Almasih putera Maryam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar